Hujan Sore Kemarin

Malang, 27 November 2014


pic from withoutalabel.me

                Hujan yang mengguyur sore ini seakan membawaku kembali ke masa bertahun - tahun silam. Aku tak pernah atau bahkan tak menginginkan hal ini untuk terulang, maksutku aku terlalu tersiksa selama beberapa tahun belakangan.
Aku, benci ini! Aku sadar, tak sepantasnya peristiwa silam itu terus membayangiku bahkan sampai detik ini. Tetapi ini bukan kuasaku, siapa yang mengira jika perjalananku selama ini ternyata masih harus bersahabat dengan pahitnya luka yang pernah aku rasakan. Bagaimana tidak, setiap aku berjalan atau pergi dan kulihat punggungnya berada tepat didepan pandangan mata tetapi jauh dan tak bisa aku raih atau hanya sekedar menggenggam. Ingin aku rangkul sosok itu dari belakang dan kueratkan rangkulan itu sekuat tenaga agar dia tahu betapa sesaknya jiwaku menahan luka – luka itu sendiri. Andai saja aku bisa!
Kadang aku meminta untuk ketenangan jiwaku yang hampir dan bahkan aku sendiri kadang tak mengenali, aku sering murung dan bahkan menjadi tertutup dengan siapapun. Aku tak butuh mereka yang hanya bisa berkata “itu sudah berlalu, lupakan!” “kau berlebihan” atau mereka yang bahkan sudah lelah mendengar ceritaku yang berakhir itu – itu saja. Cukup! Aku tahu itu sudah beberapa tahun silam, bahkan aku yakin kalian pasti tak akan pernah mengira jika hal itu masih dengan jelas tergambar dibenakku. Aku mati rasa, hatiku seakan mati, kadang aku bisa suka, atau sekedar menikmati ilusi yang sengaja aku ciptakan hanya agar aku tak jatuh terpuruk. Aku menangis ketika malam datang,  aku tak tahu, itu berlangsung lama, memang tidak setiap hari tetapi ketika aku teringat dengan luka itu, hatiku penuh dan aku akan terbawa ke alam lain. Aku rindu diriku yang dulu, aku rindu!!!!
Aku terus meyakinkan diri jika suatu saat entah itu kapan, Tuhan akan menggantikan ini semua dengan tangis bahagia bukan tangis karena duka. Aku tak pernah mengharapkan hal itu akan terulang karena aku sadar seseorang yang sempat membahagiakanku dan membuat luka itu sudah tidak ada. Harus kemana aku mencarinya? Mustahil jika aku bisa bertemu dengannya lagi. Waktu merubah segalanya dan sekarang kekecewaan yang dia berikan telah merubahku! Paling tidak aku pernah merasakan apa itu cinta, dikala aku masih terlalu muda. Seseorang yang (pernah) aku cintai memang telah lama mati, dan tak ada gunanya meminta Tuhan untuk merubah keadaan yang terjadi. Paling tidak, aku masih melihat jasadnya walau aku sudah tak mengenalnya ( lagi ). Aku percaya, bahagiaku sudah tercipta dan aku akan melangkah menjemputnya, Tuhan itu baik, Dia mendewasakanku dengan cara-Nya yang ajaib, melalui luka yang aku terima beberapa tahun silam. 

Komentar